Posting Hadis dan Kesalehan Digital: Mengurai Fenomena Keberagamaan Generasi Milenial
DOI:
https://doi.org/10.15642/mutawatir.2021.11.2.283-306Keywords:
hadis; al-Kahfi; media social; religioisitas.Abstract
The research departs from the widespread phenomenon of ḥadīth posting on WhatsApp on the reading Qs. al-Kahf every Friday (narrated by al-Nasā’i, al-Dārimī, al-Bayhaqī, and others). This posting activity regularly runs every Thursday night. Two primary questions addressed are: first, on the validity of the ḥadīth; and second, on how does the posting activity explain a phenomenon of digital piety. By using a multidisciplinary approach of ḥadīth, virtual ethnography and hermeneutics, this study argues that there is no agreement among scholars regarding the ḥadīth validity, whether it is the saying of prophet or the companions (mawqūf), and whether reading the Qs. al-Kahf is recommended or not. The phenomenon of ḥadīth posting also describes a contemporary religious formation and social media development, especially among the millennial generation of Malang. The activity of posting the ḥadīth on their WhatsApp status becomes concrete evidence on how religiosity experiences the process of virtualization. This phenomenon signifies a new bonding space for digital piety, which is used to be found in offline sphere.
Penelitian ini berangkat dari sebuah fenomena maraknya aktivitas posting status hadis di media sosial WhatsApp tentang keutamaan membaca Qs. al-Kahf pada setiap Jumat (hadis riwayat al-Nasā’i, al-Dārimī, al-Bayhaqī dan lain-lain). Aktivitas posting ini, berjalan secara rutin setiap menjelang malam Jumat. Terdapat dua persoalan utama yang dikaji dalam tulisan ini, pertama: tentang keabsahan dan autentisitas hadis tersebut; kedua, tentang bagaimana aktivitas posting hadis tersebut menjelaskan fenomena kesalehan digital. Dengan menggunakan pendekatan multidisiplin, yaitu ilmu hadis, etnografi virtual dan hermeneutika, penelitian ini menemukan bahwa pada dasarnya tidak ada kata sepakat di kalangan ulama terkait hadis tersebut, baik terkait statusnya apakah sampai kepada Nabi atau hanya pendapat sahabat (mawqūf), termasuk pula dalam memahami kesunahannya. Selain itu, fenomena posting hadis dalam tema ini pada dasarnya menggambarkan pola keberagamaan kontemporer yang beriringan dengan perkembangan media sosial, terutama di kalangan generasi milenial kota Malang. Aktivitas posting status hadis ini pada akun WhatsApp menjadi bukti konkrit bagaimana religiusitas mulai mengalami fase virtualisasi. Implikasi dari fenomena ini adalah terciptanya ruang ikatan baru kesalehan digital seperti biasa dijumpai pada ruang offline.
Downloads
References
Bayhaqī (al), Abū Bakr. Shu‘ab al-Īmān. Diedit oleh ‘Abd al-‘Alī Ḥāmid. Riyad: Maktabat al-Rushd, 2003.
Dārimī (al), Abū Muḥammad. Sunan al-Dārimī. Diedit oleh Ḥusayn Sulaym As‘ad al-Dāranī. Saudi Arabia: Dār al-Mughnī, 2000.
Fawzan, ‘Abd Allāh b. al-Fawzan. Al-Aḥādīth al-Wāridah fī Qirā’at Sūrat al-Kahf Yawm al-Jum‘ah. Saudi Arabia: Dār Ibn al-Jawzī, t.th.
Ḥākim (al), Abū ‘Abd Allāh. Al-Mustadrak ‘alā al-Ṣaḥīḥayn. Diedit oleh Muṣtafa ‘Abd al-Qadīr ‘Atā. Beirut: Dār al-Kutub al-Kutub al-‘Ilmīyah, 1990.
Ḥarranī (al), Taqiyuddīn Aḥmad b. Taymīyah. Al-Fatāwā al-Kubrā. Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmīyah, 1987.
Nawawī (al), Abū Zakaryā. Al-Adhkār. Diedit oleh ‘Abd al-Qadīr al-Arna’ūt. Beirut: Dār al-Fikr, 1994.
Nawawī (al). Al-Tibyān fī Ādāb Ḥamalat al-Qur’ān. Diedit oleh Muḥammad H. Beirut: Dār Ibn Ḥazm, 1994.
Ṣan’ani (al), Muḥammad b. Ismā‘īl. Subul al-Salām. Beirut: Dār Ibn Ḥazm, 2009.
Shāfi‘ī (al), Abū ‘Abd Allāh. Al-Umm. Beirut: Dār al-Ma‘rifah, 1990.
Shawkānī (al), ‘Alī. Al-Fawā’id al-Majmū‘ah fī al-Ahādīth al-Mawd}ū‘ah. Diedit oleh ‘Abd al-Raḥmān al-Yamanī. Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmīyah, t.th.
Bakry, Umar Suryadi. “Pemanfaatan Metode Etnografi Dan Netnografi Dalam Penelitian Hubungan Internasional.” Jurnal Global & Strategis 11, no. 1 (2017): 15–26.
Ciolan, Lucian, and Loredana Manasia. “Reframing Photovoice to Boost Its Potential for Learning Research.” International Journal of Qualitative Methods 16, no. 1 (2017): 1–12.
Husein, Fatimah, and Martin Slama. “Online Piety and Its Discontent: Revisiting Islamic Anxieties on Indonesian Social Media.” Indonesia and the Malay World, Vol 46, No. 134 (2018): 80-93.
Qudāmah (ibn), Muḥammad. Al-Mughnī. Kairo: Maktabat al-Qāhirah, 1968.
Kaya, Sabri, Metin Argan, and Gözde Yetim. “From Experience to Summit or Vice Versa? Netnography Study on a Virtual Community of Mountaineering.” Universal Journal of Educational Research, Vol. 5, No. 7 (2017): 1117–26.
Kozinets, Robert V. “The Field behind the Screen: Using Netnography for Marketing Research in Online Communities.” Journal of Marketing Research, Vol. 39, No. 1 (2002): 61–72.
Lengauer, Dayana. “Sharing Semangat Taqwa: Social Media and Digital Islamic Socialities in Bandung.” Indonesia and the Malay World 46, no. 134 (2018): 5–23.
Mudin, Miski. ISLAM VIRTUAL, Diskursus Hadis, Otoritas, Dan Dinamika Keislaman Di Media Sosial. Diedit oleh Nurul Afifah. Yogyakarta: BILDUNG, 2019.
Fadlillah, Nilna dan Hasan Mahfudh. “Kajian Struktural-Semiotik Ian Richard Netton Terhadap Qs. Al-Kahf.” Mutawatir: Jurnal Keilmuan Tafsir Hadith, Vol. 9, No. 2, (2020): 303-322.
Nisa, Eva F. “Social Media and the Birth of an Islamic Social Movement: ODOJ (One Day One Juz) in Contemporary Indonesia.” Indonesia and the Malay World, Vol. 46, No. 134 (2018): 24–43.
O’Donohoe, Stephanie. “Netnography: Doing Ethnographic Research Online.” International Journal of Advertising 29, no. 2 (January 1, 2010): 328–30.
Ratna. “Kajian Etnografi Terhadap Komunitas Cyber DBC Network.” Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi, Vol. 7, No. 2 (2018): 54–63.
Yahya ’Ali al-Hajuri. “Ahkam Al-Jumu’ah Wa Bida’iha,” 2008. https://www.sh-yahia.net/show_books_27.html.
Wawancara dengan Annisa (PR) 18 tahun
Wawancara dengan ZF (PR) 19 tahun
Wawancara dengan H (PR) 20 tahun
Wawancara dengan Reza (PR) 19 tahun
Wawancara dengan Dian (PR) 19 tahun
Wawancara dengan Arjun najah (LK) 19 tahun
Wawancara dengan Yunus (LK) 20 tahun
Wawancara dengan Salsabila (PR) 18 tahun
Wawancara dengan Fadhil (LK) 21 tahun
Wawancara dengan S Cebong (PR) Di atas 21 tahun
Wawancara dengan NRM (PR) 19 tahun
Wawancara dengan K (PR) 20 tahun
Wawancara dengan D I C V (PR) 19 tahun
Wawancara dengan M.I.U.A (LK) 19 tahun
Wawancara dengan ARF (PR) 19 tahun
Wawancara dengan Edo (LK) 20 tahun
Wawancara dengan Husna (PR) 20 tahun
Wawancara dengan Adinda widya (PR) 19 tahun
Wawancara dengan ZK (PR) 19 tahun
Wawancara dengan Renol (LK) 19 tahun
Wawancara dengan Siluit (LK) 19 tahun
Wawancara dengan Ida (PR) 20 tahun
Wawancara dengan Putri Ayu Pratiwi (PR) 19 tahun
Wawancara dengan NA (PR) 18 tahun
Wawancara dengan Fariz (LK) 20 tahun
Wawancara dengan NA (PR) 18 tahun
Wawancara dengan Renza (PR) 19 tahun
Wawancara dengan Wawan (LK) 20 tahun
Wawancara dengan H (PR) 19 tahun
Wawancara dengan Egi Hadi Kusnadi (LK) 21 tahun
Wawancara dengan Ishaq (LK) 18 tahun
Wawancara dengan Tajuddin Nur Afas (LK) 18 tahun
Wawancara dengan Uc (PR) 19 tahun
Wawancara dengan Muhammad Yusril Alfian (LK) 20 tahun
Wawancara dengan Robiatul hasanahWawancara dengan (PR) 19 tahun
Wawancara dengan Mawar (PR) 18 tahun
Wawancara dengan Ghuraba (LK) 20 tahun
Wawancara dengan ANH (PR) 19 tahun
Wawancara dengan ahmad hamzah (LK) Di atas 21 tahun
Wawancara dengan Novy (PR) 18 tahun
Wawancara dengan Idham (LK) 21 tahun
Wawancara dengan Am (PR) 20 tahun
Wawancara dengan Muhammad Arif Suudi (LK) 20 tahun
Wawancara dengan Atika (PR) 20 tahun
Wawancara dengan Siti Rohaniyah (PR) 20 tahun
Wawancara dengan ilham kamili (LK) 19 tahun
Wawancara dengan Azizi (PR) 19 tahun
Wawancara dengan Nabilla Nanda Kurnia Putri (PR) 19 tahun
Wawancara dengan Irma (PR) 19 tahun
Wawancara dengan Elis rofiatus (PR) 19 tahun
Wawancara dengan F H (PR) 18 tahun
Wawancara dengan Jannah (PR) 19 tahun
Wawancara dengan Suhaila Ritonga (PR) 18 tahun
Wawancara dengan Mailia (PR) 18 tahun
Wawancara dengan Della (PR) 19 tahun
Wawancara dengan Milla (PR) 19 tahun
Wawancara dengan AA (PR) 19 tahun
Wawancara dengan Liyah (PR) 21 tahun
Wawancara dengan Alifia (PR) 18 tahun
Wawancara dengan Devi (PR) 18 tahun
Wawancara dengan NA (PR) 18 tahun
Wawancara dengan Anika Yulitasari (PR) 19 tahun
Wawancara dengan Jinan (LK) 19 tahun
Wawancara dengan Mz asfen nasrullah H (LK) 18 tahun
Wawancara dengan Ismiatul (PR) 19 tahun
Wawancara dengan Z-S (PR) 18 tahun
Wawancara dengan Icha (PR) 18 tahun
Wawancara dengan Lia (PR) 18 tahun
Wawancara dengan IR (LK) 19 tahun
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2021 Miski Miski, Ali Hamdan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.